Kalau bicara tentang mata uang rupiah pasti identik dengan kurs mata uang. Coba ketik di pencarian google kata “rupiah” maka ada suggestion “rupiah to dollar” atau “rupiah hari ini”.
Kenapa google menyarankan itu? Karena memang keyword tersebut yang sering dicari di google. Banyak pengguna internet yang selalu mencari pergerakan rupiah atas dollar.
Ada beberapa kemungkinan, mereka itu adalah pelaku pasar valas, pedagang, atau traveler. Tapi yang terakhir kemungkinan tidak terlalu banyak.
Siapa yang mau wisata ke US sana? Mungkin jarang. Traveler Indonesia mungkin lebih milih traveling ke Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Macau, Hongkong atau negara tetangga seperti Singapura atau Thailand.
Berarti mereka adalah pelaku pasar valas atau pedagang ekspor impor. Tentu mereka sangat butuh informasi kurs mata uang.
Siapa itu pelaku pasar valas? Ia adalah orang yang mencari keuntungan dengan jual beli valuta asing. Seperti money changer atau investor individu. Money changer dapat keuntungan lebih jika ada pergerakan kurs valas diluar biaya tambahan.
Dengan membeli dollar disaat rupiah menguat dan menjualnya ketika rupiah melemah. Hal tersebut yang ditunggu-tunggu oleh investor tersebut.
Tapi jika melemah maka pedagang lah yang merugi. Mereka harus impor barang baku dengan harga yang lebih mahal. Akhirnya kita juga yang terkena imbasnya dengan kenaikan harga produk.
Rupiah Adalah Identitas Bangsa Indonesia
Seru ya kalau bisa jadi pelaku valas seperti itu. Tiap hari menanti-nanti nilai mata uang naik atau turun. Hal itu juga yang menjadi jualan media-media di Indonesia. Pasti ada satu sesi dimana media update info kurs mata uang.
Beruntung untuk kita warga Indonesia yang punya mata uang sendiri. Coba lihat tetangga kita negara baru Timor Leste. Mereka belum punya mata uang sendiri dan masih menggunakan Dollar US.
Sebenarnya ada yaitu Centavos namanya. Tapi masih jarang digunakan disana, mungkin hanya untuk transaksi kecil saja. Jadi Satu dollar disana setara 100 Centavos. Padahal dulu Timor Leste masih menggunakan rupiah.
Namun dibujuk PBB akhirnya mereka menggunakan dollar US. Karena itulah mereka sering datang ke Indonesia karena nilainya lebih tinggi dari Rupiah.
Namun apa yang bisa dibanggakan?
Bergantung dengan negara lain, menikmati foto entah siapa di uang kertasnya, tidak bisa produksi sendiri dan lainnya.
Indonesia memilih untuk tidak seperti itu dan Bung Karno saat itu membentuk sendiri mata uang untuk negara Indonesia yaitu Rupiah.
Jelas kita tidak mau tergantung dengan negara lain. Jangan sampai diatur oleh negara lain, karena mandiri pun bisa.
Walaupun nilainya lebih rendah dan mungkin selalu melemah tapi tetap Rupiah adalah identitas bangsa kita Indonesia. Selain penghargaan atas jerih payah pahlawan terdahulu, rupiah juga sebagai tanda bahwa Indonesia bisa mengatur dirinya sendiri.
Melemahnya rupiah karena banyak faktor yang beberapa tidak bisa dikendalikan oleh kita. Misalnya pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan yang sedang menanjak.
Ya kita mau gimana lagi, jadinya kita terkena imbas rupiah melemah. Namun kita bisa juga mengurangi hal tersebut dan membuat rupiah kembali menguat.
Gunakan Rupiah di Wilayah Indonesia
Sederhana, yaitu gunakan terus rupiah di wilayah Indonesia. Kita paksa pendatang harus membeli produk kita dengan Rupiah, apalagi di daerah perbatasan.
Kita yang di wilayah sentral mungkin selalu menggunakan Rupiah. Tapi wilayah perbatasan masih rentan sekali menggunakan mata uang negara tetangga.
Di utara lebih senang pakai ringgit. Di selatan lebih senang mendapatkan dollar US. Di timur lebih suka menggunakan Kina. Semua karena nilainya yang lebih tinggi dari rupiah.
Coba lihat disini, warga lebih pilih pakai ringgit untuk beli sembako. Karena sembako disana lebih murah. Ya mau bagaimana lagi kan.
Namun tak sadar tindakan itu justru memperlemah nilai Rupiah. Logikanya seperti Hukum permintaan dan penawaran dalam ekonomi. Dengan banyaknya warga kita yang butuh mata uang tetangga sehingga meningkatkan harganya. Akhirnya Rupiah melemah.
Seandainya kita balikkan atau paksa mereka saat datang ke Indonesia untuk membeli dengan Rupiah. Permintaan Rupiah akan tinggi yang membuat harga Rupiah terhadap mata uang mereka jadi lebih tinggi. Tentu Rupiah akan menguat.
[Tweet “Jangan mau dibayar pakai mata uang negara lain. Paksa pakai Rupiah. #CintaRupiah”]
Selain itu, ada faktor lain selain nilai Rupiah yang lebih rendah yaitu infrastruktur yang minim. Ini juga berdampak dengan penggunaan Rupiah di wilayah perbatasan.
Bank atau money changer masih sedikit sehingga pendatang kesulitan menukar rupiah. Akhirnya ya masyarakat makin memilih menggunakan Ringgit atau Kina saja.
Tentu ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk mendukung aturan yang sudah dibuat Bank Indonesia yang melarang transaksi selain Rupiah di Indonesia (Peraturan BI No 17/3/PBI/2015).
Sebagai warga negara Indonesia, kita juga harus bantu pemerintah. Menjaga uang fisik Rupiah itu sendiri. Kalau uangnya rusak, mau digunakan jadi tidak bisa.
Baca Juga : Mau Penghasilan Tambahan? Coba GrabHitch Sekaligus Dapet Temen Baru
Jadi dijaga ya uang fisiknya. Nah biar tidak mudah rusak, ditabung saja di bank atau ditransfer ke e-money. Aman deh jadinya.
[Tweet “Cinta rupiah itu gak ribet. Cukup jaga dan selalu gunakan Rupiah di Indonesia.”]
Leave a Reply